Oleh : Dani Vera Awalapia
Sumber : shutterstock.com
Sebelum kita bahas bagaimana cara Ayah dan Bunda mengatasi kecemburuan dan persaingan yang terjadi pada anak. Mari kita ketahui terlebih dahulu apa saja faktor penyebabnya.
1. Si kakak merasa cemburu karena kurangnya perhatian yang diberikan oleh Ayah ataupun Bunda. Seperti saat si kakak bermain, Ayah atau Bunda ‘terlihat’ lebih banyak memberikan perhatian kepada adik.
2. Si kakak dan adik memiliki jenis kelamin yang sama. Kesamaan jenis kelamin ini membat anak lebih sering saling merasa cemburu hingga bertengkar, karena kebutuhan mereka yang sama. Misalnya yaitu berebut mainan, perasaan bahwa kebutuhan saudaranya lebih terpenuhi menyebabkan terjadinya persaingan antar saudara.
3. Si kakak dan adik memiliki usia yang berdekatan. Karena usia yang masih kecil membuat si kakak belum paham dengan kehadiran seorang adik. Adanya perubahan dari Ayah dan Bunda yang dirasakan oleh si kakak membuat dia merasakan kehilangan perhatian dari Ayah dan Bunda, kemudian pelampiasannya diberikan kepada adik.
4. Jumlah saudara yang sedikit membuat pertengkaran dan perselisihan seringkali terjadi karena fokus yang diberikan Ayah dan Bunda kepada anak-anak terlihat jelas sehingga mereka akan lebih membandingkan dengan saudaranya hingga kemudian timbul kecemburuan. Namun, apabila jumlah saudaranya banyak, membuat fokus yang diberikan Ayah dan Bunda terhadap anak tidak begitu terlihat perbedaannya.
Setelah mengetahui faktor penyebab dari kecemburuan yang dirasakan si kakak, Ayah dan Bunda bisa lebih mudah untuk mengidentifikasi bagaimana upaya yang sebaiknya dilakukan apabila terjadi kecemburuan dan persaingan sebagai berikut ini.
Pertama, apa yang sebaiknya dilakukan Ayah dan Bunda ketika melihat anak bertengkar? Perasaan cemburu yang dirasakan si kakak seringkali memicu terjadinya perkelahian atau pertengkaran. Saat Ayah dan Bunda dihadapkan pada situasi demikian, Ayah dan Bunda bisa menyikapinya dengan melerai keduanya yang sedang bertengkar, atau menengahi anak-anak yang sedang berkelahi tersebut. Selain itu terdapat pula upaya-upaya dalam mencegah terjadinya perkelahian tersebut, yaitu dengan memisahkan anak-anak yang sudah terlihat seperti akan terjadi perkelahian antara anak.
Kedua, bagaimana jika anak marah-marah?
Pada anak usia dini, mereka belum sepenuhnya paham bagaimana cara mengontrol emosi yang terjadi pada dirinya. Emosi yang terjadi salah satunya adalah perasaan marah. Yang bisa Ayah dan Bunda lakukan ketika anak sedang marah yaitu membiarkan anak untuk meluapkan marahnya dahulu, karena anak yang sedang marah artinya sedang meluapkan emosinya dan dengan begitu anak akan belajar untuk mengontrol emosi yang terjadi pada dirinya. Kemudian setelah anak dibiarkan untuk meluapkan emosinya dengan marah-marah, Ayah atau Bunda datang ke anak dan tanyakan kepada anak apa yang sebenarnya terjadi sehingga anak menjadi marah-marah dan setelah itu anak diberikan solusi atau pengertian terhadap apa yang menjadi alasan dia marah marah.
Ketiga, bagaimana jika si kakak cemburu saat Ayah atau Bunda mengurus adik?
Saat kakak masih usia dini dan memiliki adik, si kakak masih belum paham mengenai berbagi perhatian Ayah dan Bund kepada adiknya. Tidak jarang kakak akan merasa cemburu saat Ayah dan Bunda memberikan perhatian kepada adik dan menuntut untuk diberikan perhatian. Ayah dan Bunda bisa mengatasinya dengan memberikan perhatian secara adil sebisa mungkin kepada mereka. Selain itu, bekali kakak dengan pemahaman dan pengertian akan adanya adik di dalam kehidupannya. Ayah dan Bunda juga bisa mengikutsertakan kakak dalam mengurus adik sehingga dapat meminimalisir kecemburuan yang terjadi.
Jadi, itu dia faktor penyebab dan upaya yang bisa Ayah dan Bunda lakukan sebagai upaya mengatasi kecemburuan si kakak terhadap adik. Bagaimana Ayah dan Bunda selama ini mengatasinya? Yuk, ceritakan di kolom komentar!
Sumber: Putri, S. K dan Budiartati, E. 2020. Upaya orang tua dalam mengatasi sibling rivalry pada anak usia dini di KB TK Tunas Mulia Bangsa Semarang. Jurnal Eksistensi Pendidikan Luar Sekolah (E-Plus) 5(1), 2020. http://dx.doi.org/10.30870/e-plus.v5i1.8096
Comentários